MATERI 2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data
hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas
instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang
valid atau reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat
dalam pengumpulan datanya. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif maka akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data
adalah satu tahap yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian
yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil suatu
penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan
kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji
validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan
sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring
berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan
lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi
tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan
peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji
hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Merujuk pada pengertian di atas, betapa pentingnya
pengumpulan data dalam proses penelitian. Tanpa data lapangan, proses analisis
data dan kesimpulan hasil penelitian, tidak dapat dilaksanakan. Ada perbedaan
yang cukup mendasar mengenai pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Oleh karena itu, membahas pengertian pengumpulan data tidak hanya
pada pemahaman pengertiannya saja, akan tetapi perlu dipahami juga, bagaimana
pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data
dalam penelitian kuantitatif dalam pelaksanaannya tidak mesti harus langsung
oleh peneliti, akan tetapi dapat dilakukan melalui pihak lain yang dipandang
mampu atau kompeten dalam melaksanakan pengumpulan data. Atas dasar tersebut,
maka instrumen penelitian yang akan digunakan, harus memenuhi syarat-syarat
instrumen penelitian.
Data juga dapat dibagai menjadi menjadi bermacam-macam
klasisifikasi. Tergantung dari jenis, teknik, kegunaan dan analisanya. Seperti
yang terangkum berikut ini :
1. Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya
a. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek
penelitian oleh peneliti baik perorangan maupun organisasi. Contoh:
Mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen
bioskop.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara
langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara
komersial maupun non komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang menggunakan
data statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah.
2. Berdasarkan sumbernya
a. Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan situasi
dan kondisi pada suatu organisasi secara internal. Misalnya: data keuangan,
data pegawai, data produksi.
b. Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi
serta kondisi yang ada di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah
penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran
penduduk, dan lain sebagainya.
3. Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya
a. Data Kuantitatif
Data
kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Misalnya
adalah jumlah pembeli saat hari raya idul adha, tinggi badan siswa kelas 3 ips
2, dan lain-lain
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk kata-kata yang mengandung makna. Contohnya seperti persepsi konsumen
terhadap botol air minum dalam kemasan, anggapan para ahli terhadap psikopat
dan lain-lain.
4. Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data
a. Data Diskrit
Data diskrit adalah data yang nilainya adalah bilangan
asli. Contohnya adalah berat badan ibu-ibu PKK Sumber Ayu, nilai rupiah dari
waktu ke waktu, dan lain-sebagainya.
b. Data Kontinyu
Data kontinyu adalah data yang nilainya ada pada suatu
interval tertentu atau berada pada nilai yang satu ke nilai yang lainnya.
Contohnya penggunaan kata sekitar, kurang lebih, kira-kira, dan sebagainya.
Dinas pertanian daerah mengimpor bahan baku pabrik pupuk kurang lebih 850 ton.
5. Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya
a. Data Cross Section
Data cross-section
adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya laporan keuangan
per 31 desember 2006, data pelanggan PT. angin ribut bulan mei 2004, dan lain
sebagainya.
b. Data Time
Series / Berkala
Data berkala adalah data yang datanya menggambarkan
sesuatu dari waktu ke waktu atau periode secara historis. Contoh data time
series adalah data perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro eropa
dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah nurdin m. top dan doktor
azahari dari bulan ke bulan, dll
A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya
data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural seting), pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan
lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang
perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga
kuesioner adalah sebagai berikut:
- Bahwa
subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
- Bahwa
apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
- Bahwa
interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun lewat
telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain
yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh
wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah:
1)
Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten
ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2)
Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatan di
kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Adapun contohnya adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk
terhadap kebijakan pemerintah tentang impor gula saat ini?dan bagaimana
dampaknya terhadap pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang
responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi
awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang
harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis
terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan
berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus
memperhatikan tentang situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang
tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan
beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip penulisan angket
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang
dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau
bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti,
setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk
mengukur variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan, bahasa
yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan
berbahasa responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe
pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara
bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan
kalimat positif dan negatif.
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring,
artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau
yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan, pertanyaan
dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi.
8) Urutan pertanyaan, urutan
pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik,
atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
2. Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada
responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur
variabel yang akan di teliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus
daapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel yang
diukur.
3. Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket
sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden
dalam mengisi angket.
3. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian
atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu
petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga
mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat.
Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi
tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak
sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
B. TEKNIK PENGUMPLAN DATA KUALITATIF
Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan
dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2).
observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion).
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut
diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting
yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing
teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus
masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik
observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat
tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan
atau subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui
media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat
dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih
wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah
pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih
sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu
proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan
yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan
penelitian yang sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data
meliputi tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon
partisipan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat
pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
c) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
1)Pendahuluan,
2)Pertanyaan pembuka,
3) Pertanyaan kunci, dan
4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.
2)Pertanyaan pembuka,
3) Pertanyaan kunci, dan
4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.
d) The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai
ketiga, maka disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi
ini mencakup seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi
pendekatan dan bagaimana pengambilan data dilakukan.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa
saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh
sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus
dilalui yakni:
1).
mengenalkan diri,
2).
menjelaskan maksud kedatangan,
3). menjelaskan materi wawancara, dan
4).
mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi
yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka berdasarkan pengalaman
wawancara yang penulis lakukan terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1).
Ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). Cari waktu dan
tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). Mulai pertanyaan dari hal-hal
sederhana hingga ke yang serius, 4). Bersikap hormat dan ramah terhadap
informan, 5). Tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). Tidak
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya
dengan masalah/tema penelitian, 7). Tidak bersifat menggurui terhadap
informan, 8). Tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau
marah, dan 9). Sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) Ucapkan terima kasih
setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi
yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1).
wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali
informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan
informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang
disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali. 2).
wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara
mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup,
karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar
pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga
suasana terasa kaku.
2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa
penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981:
191-193).
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk
observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur,
dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
1) Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang
dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang
dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
menjadi objek penelitian.
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga
bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi
di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua
dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal,
1990: 77).
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat
Diskusi terpusat (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan
makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri
pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti
mendiskusikan hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran
bahasa Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh
seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang
peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh
hasil pemaknaan yang lebih objektif.
SUMBER
Komentar
Posting Komentar